Aku adalah gugusan bintang Yang terlihat indah di kegelapan malam Namun sayang tak seorang pun mengindahkan nya Dan lenyap ketika di sandingkan dengan fajar Aku adalah jingga di renjana Yang tak terasa hangat ketika secarik rindu Tersapu singkat oleh kedatangan malam Harus menjadi apakah aku dimatamu agar aksara aksara ku dapat kau baca Sehingga menjadi parasasti kenang Yang menghidupkan hari harimu Apakah tak ada kebetulan kebetulan Yang menjadi momen di buku takdirmu Aku nyaris mati Terhunus tajam nya belati harap Aku di buat tak berdaya oleh doa doa yang tak tersampaikan Pernah kau merasakan sebait hujan Yang membasahi dedaunan dan menumbuhkan kenang di Minggu pagimu seperti nya aku akan menjadi Kelopak kelopak bunga seruni Yang berguguran disapu badai bulan November Bersama mencair nya salju abadi di pelupuk mata Hadir mu yang sebentar Mampu menyembuhkan luka yang bernanah tahunan Namun kesingkatan hadirmu Membuat nelangsa ku di tahun tahun kemudian Aku akhirnya dipaksa